[FanFiction | FF] B.A.P | Vignette | Do Men Cry?





Do Men Cry?  A story by Kyung22
Staring by
B.A.P’s Jung Daehyun & OC’s Lee Jikyung with supported B.A.P’s Yoo Youngjae
Genre : Sad, Hurt, Songfict | Length : One shoot (2,301 words) | Rating : G
Disclaim & Note :
Cerita ini milik saya! Dilarang menjiplak cerita ini tanpa izin dari saya! Berkaryalah dengan otak sendiri!
Cry for Love adalah salah satu lagu dari Davichi yang membangun jalan dari cerita yang tidak sempurna ini.
Jika ada persamaan inspirasi atau alur, itu hanya kebetulan semata!
Maaf jika ada kesalahan dalam EYD. Terima kasih pada para pembaca yang meninggalkan jejak!

Davichi – Do Men Cry?
Summary :
“Apakah lelaki juga menangis?”

****

“Inilah wanita yang sesungguhnya. Meskipun mereka putus, Takkan mudah mencintai orang lain. Meskipun raga terpisah dan tak dapat melihat kekasihnya, Hati mereka tak dapat melepaskannya”

Gadis cantik yang berpakaian pelayan café itu hanya menatap lurus kedepan. Ekspresinya begitu murung, seperti tidak memiliki harapan untuk hidup. Malam ini café tempatnya bekerja tidak begitu ramai pengunjung, Jadi ia tidak sibuk. Sejujurnya gadis itu sibuk, sibuk memikirkan sesuatu. Sesuatu yang membuatnya sedih dan sakit hati.

_Flashback_

“Mari kita akhiri saja.”, ujar lelaki itu dengan wajah dingin dan datarnya. Sementara wanita didepannya tak mengerti tentang apa yang lelaki didepannya bicarakan. Ia terlihat sangat terkejut dan tidak mengerti. Arti kata ‘akhiri’ itu sangat membingungkan baginya.

“Kena…”, belum selesai gadis itu menanyakan sebab perkataan lelaki didepannya, justru kalimatnya terputus.

“Jangan kau tanyakan mengapa. Mari, cukup disini saja hubungan kita. Kau bisa mencari yang lebih baik.”, lanjut lelaki itu tanpa memperhatikan gadis yang ada didepannya. Ia pergi dengan langkah kakinya yang panjang. Ia pergi meninggalkan gadis itu, tanpa alasan yang jelas.

_Flashback end_

“Kyung, kau kenapa?”, Tanya seorang lelaki manis bersurai hitam itu. Lelaki itu bernama Yoo Youngjae, sahabat Jikyung sekaligus pemilik café tempat Jikyung bekerja. Akhir-akhir ini lelaki itu sering melihat sahabatnya murung dan menangis. Dan sebagai sahabat, tentu saja ia merasa khawatir.

“Aku…”, ucapan gadis itu menggantung. Rasanya ia tak sanggup menceritakan keadaan yang sebenarnya. Tetapi ia juga tidak bisa berbohong pada sahabatnya.

“Aku tau apa yang sebenarnya terjadi… apa aku bisa jujur padamu?”, ujar Youngjae pada Jikyung. Ia berlutut didepan Jikyung sambil memegang tangan Jikyung yang dingin. Sedangkan Jikyung terkejut atas apa yang bosnya lakukan.

“Aku menyukaimu, Kyung. Sejak kita SMP. Aku tau kau lebih menyukai Daehyun daripada diriku. Tetapi… aku mohon, saat ini tolong berikan aku kesempatan. Aku tak akan melukaimu. Aku berjanji.”, Jelas Youngjae pada Jikyung. Sekarang gadis itu semakin terkejut. Ia tak tau bahwa sahabatnya itu menyukainya selama itu.

“Maafkan aku, Young… tapi aku tidak bisa.”, jawab Jikyung lirih. Youngjae melepaskan pegangannya, kemudian ia tersenyum. Senyumnya terlihat miris. Tidak seperti senyumnya yang biasa ia tunjukan. Lelaki yang biasanya ceria dan cerewet itu merasakan sakit didadanya.

“Baiklah, kuharap kau cepat melupakan Daehyun. Dan aku akan menunggumu.”, Balas Youngjae, lalu ia berdiri dan berbalik meninggalkan Jikyung yang tertunduk merasa bersalah. Tetapi lebih baik seperti ini, ia tak bisa memaksakan dirinya untuk mencintai Youngjae walaupun Youngjae sangat baik padanya. Jikyung hanya menganggap Youngjae sebagai sahabatnya dan bosnya, tak lebih dari itu. Jika ia menerima Youngjae, maka Youngjae akan semakin tersakiti. Karena kenyataannya, Jikyung sama sekali tidak menyukai Youngjae.

**


“Wanita itu lemah. Meskipun mereka berpura-pura terlihat kuat, Mereka tak dapat hidup dan melupakan kenangan dengan mudah.
Mereka bahkan masih belum bisa menghapus nomer telefon mantan kekasihnya, karena mereka bodoh”


Hari minggu ini café menjadi sangat ramai, Semua pelayan menjadi sangat sibuk. Dan Jikyung juga begitu, ia melayani semua pelanggan dengan ramah dan penuh senyum. Ya walaupun itu hanya topeng, tapi memang sudah kewajibannya melayani pelanggan dengan baik dan ramah. Dengan cara itu ia bisa mendapatkan uang dan melanjutkan hidupnya yang terasa hampa.

Dari jauh, Youngjae memperhatikan Jikyung. Ia tersenyum miris melihat Jikyung seperti itu. Bekerja keras dan memaksakan dirinya untuk tersenyum. Youngjae sangat tau apa yang ada didalam diri Jikyung, Youngjae sangat mengenal Jikyung karena mereka berdua bersahabat sejak kecil. Sahabatnya itu selalu menutupi rasa sedihnya dengan senyum yang cerah. Bahkan orang bisa tertipu dengan senyum malaikat Jikyung. Gadis itu sangat lihai dalam menyembunyikan perasaannya didepan umum.

“Permisi, Kalian ingin memesan apa?”, Tanya Jikyung ramah pada sepasang kekasih yang sedang kencan di café milik Youngjae. Sepasang kekasih itu terlihat sedang berpikir. Jikyung berpikir bahwa gadis didepannya sangat beruntung. Memiliki lelaki yang mencintainya dan tak akan meninggalkannya dengan alasan yang tidak jelas.

“Caramel Macchiato!”, ujar mereka serempak. Jikyung membeku. Caramel Macchiato… adalah kesukaannya dan Daehyun. Sepasang kekasih itu mengingatkan Jikyung akan masa lalunya.

_Flashback_

“Kau mau pesan apa, Kyungie~?”, Tanya Daehyun pada Jikyung. Jikyung melihat daftar menu sambil menggembungkan pipinya, ia sedang memilih. Dengan tiba-tiba, Daehyun mencubit pipi Jikyung. Ia terlihat gemas dengan kekasihnya itu. Sementara Jikyung semakin menggembungkan pipinya sambil mengerucutkan bibirnya.

“Uh… aku caramel macchiato saja. Kesukaanku!”, ujar Jikyung. Hal itu membuat Daehyun tersenyum.

“Aku juga menyukai caramel macchiato. Sama sepertimu.”, Balas Daehyun.

Mereka berdua pun tersenyum sambil menikmati caramel macchiato di musim dingin pertama tahun ini. Mereka sangat romantic hingga membuat sepasang kekasih disekitar mereka menjadi iri. Lagi, mereka terlihat sangat cocok. Daehyun yang tampan dan juga Jikyung yang cantik. Pasangan yang sempurna.

_Flashback end_

“Permisi, kami memesan caramel macchiato. Apa kau mendengarku?”, ucap pelanggan itu menyadarkan Jikyung. Jikyung pun membungkuk dan meminta maaf pada sepasang kekasih didepannya itu. Ia segera mencatat pesanan sepasang kekasih didepannya dan segera mengantarkan catatan itu pada rekan kerjanya.

_

Jam istirahat, Jikyung merogoh sakunya untuk mengambil ponselnya. Fotonya dengan Daehyun sebagai wallpapernya. Ia bahkan masih memajang fotonya dengan Daehyun. Jikyung menghembuskan nafasnya sejenak. Ia menahan airmatanya. Wajah Daehyun benar-benar membuatnya sedih. Sedih karena Jikyung sangat-sangat merindukan Daehyun.

Jikyunpun melihat kontak ponselnya, nomer ponsel Daehyun adalah yang pertama didaftar kontaknya. Walaupun Jikyung tau bahwa mereka bukan sepasang kekasih lagi, tetapi ia tetap menyimpan nomer ponsel Daehyun. Ia tetap menyimpannya karena Ia bodoh. Mengharapkan ia mampu untuk menelpon Daehyun hanya untuk sekedar berbasa-basi dan mendengar suaranya. Bagi Jikyung itu bahkan lebih dari cukup, tetapi ia sama sekali tidak mampu untuk melakukannya.

Tess…
Airmatanya menetes lagi. Kali ini ia menangis, ia menangis sampai terisak-isak. Sekuat apapun ia ingin menahan airmatanya, pada akhirnya air bening itu akan terjatuh juga. Hatinya merasa sakit, sangat sakit. Mengapa Daehyun tak memberikan alasan? Alasan mengapa ia ingin berpisah dengan Jikyung. Apa selama ini Jikyung mengganggunya? Setiap hari Jikyung selalu bertanya-tanya apa alasan Daehyun meninggalkannya. Tetapi tetap ia tidak tau, Karena hanya Daehyun lah yang tau alasan itu. Alasannya meninggalkan Jikyung.

**


“Karena aku sangat ingin mendengar suara itu… Karena aku merindukan wajah itu.
Mataku menangis bercucuran setiap hari sampai membengkak”

Tanggal merah, Jikyung libur dari pekerjaannya. Dan sekarang ia hanya berdiam diri dikamarnya. Ia tak tau apa yang harus ia lakukan. Ia meraih ponselnya, ia kembali menangis. Ia sangat merindukan Daehyun. Merindukan suara Daehyun yang lembut… Merindukan wajah Daehyun yang biasa tersenyum padanya.

Sekarang ia menangis dengan keras. Ia tak peduli jika orang lain mendengarnya. Ia hanya ingin menangis dan melepaskan semua bebannya. Ia merindukan Daehyun sampai menangis seperti ini. Matanya terlihat membengkak Karena ia menangis setiap hari. Hanya Daehyunlah yang bisa membuat Jikyung menjadi seperti ini. Itu karena, Daehyun adalah satu-satunya orang yang Jikyung milikki didunia ini. Setelah orang tua Jikyung meninggal saat Jikyung berumur 18 tahun.

Entahlah, menurutnya sangat sakit. Sakit sekali berpisah dari Daehyun. Mereka sudah bersama selama 5 tahun, Tetapi tanpa sebuah alasan yang jelas Daehyun meninggalkan Jikyung. Dan itu membuat Jikyung merasa terpukul, sangat tersiksa.

**



“Karena kau tak bisa mempertimbangkan semua kenangan itu. Karena penyesalanku berlebihan.
Cintaku masih ada dan aku menangis sendiri”

Musim semi pertama di tahun ini, Jikyung mengunjungi taman tempat favoritnya dengan Daehyun. Saat ini semua bunga sedang bermekaran menunjukan kecantikannya. Warna-warni, harum dan menarik… bunga memiliki semua itu. Tetapi… bunga memiliki duri. Durinya sangat tajam dan bisa membuat kita berdarah ketika mengenai durinya.

Jikyung berfikir, Ia tidak cantik dan menarik… setidaknya ia tidak memiliki duri yang bisa membuat orang sakit, sakit karenanya. Justru selama ini ia yang tersakiti sangat tersakiti. Apakah ia harus menjadi cantik dan menarik seperti gadis lainnya?

Seharusnya Jikyung menjadi cantik pada waktu itu. Seharusnya ia tidak terlalu banyak meminta perhatian Daehyun. Seharusnya ia tidak perlu meminta Daehyun untuk mengajaknya jalan-jalan kemanapun ia mau. Seharusnya ia memahami Daehyun. Seharusnya… dan seharusnya.

Jikyung sangat menyesal, ia menyesali semua perbuatannya. Ia masih mencintai Daehyun, bahkan sepenuh hatinya hanya untuk Daehyun. Tetapi lelaki itu meninggalkannya tanpa sebuah alasan. Itu sama menyakitkannya saat orang tua Jikyung meninggalkannya.

Tess…
Airmatanya menetes kembali. Entah untuk keberapa kalinya, tetapi Jikyung tak peduli. Ia ingin menangis, menangis dan menangis. Menyesali semua perbuatannya. Seharusnya Jikyung tak perlu menyesali semuanya. Ia tidaklah salah sepenuhnya. Hanya saja Jikyung terlalu merutuki kebodohannya yang mengganggu bagi Daehyun.

**


“Apakah pria juga menangis? Apakah mereka merasakan sakit saat putus? Apakah mereka juga terisak-isak karena begitu merindukan seseorang?
Sepertinya hanya aku sendiri yang merasakan sakit dan kesedihan. Aku ingin bertanya padamu, apakah kau baik-baik saja?”


Sepulang dari taman Jikyung masuk kerumahnya dan menangis sekencang-kencangnya. Tak peduli dengan Youngjae yang tadi menunggunya didepan rumahnya, Jikyung hanya menangis karena rasa sakitnya. Sementara Youngjae melihat dengan miris keadaan Jikyung. Youngjae mengutuk Daehyun yang telah membuat Jikyung menjadi seperti ini. Membuat Jikyung yang ceria menjadi pemurung, membuat Jikyung yang sering tersenyum menjadi sering menangis. Youngjae benar-benar mengutuk Daehyun atas perbuatannya.

“Apakah pria juga menangis…?”, Tanya Jikyung disela isakannya.

“Apa mereka juga merasakan sakit saat putus?”, lanjutnya.

“Apakah mereka juga menangis seperti ini ketika merindukan seseorang?”, Jikyung bertanya pada Youngjae, karena Youngjae seorang lelaki. Youngjae pasti tau apa yang dirasakan lelaki ketika mereka putus, maka dari itu Jikyung bertanya pada Youngjae. Tetapi yang ditanya justru hanya diam tak menjawab, Youngjae meraih tubuh Jikyung dan memeluknya. Ia berharap bisa memberikan kekuatan dan ketenangan pada Jikyung.

“Sepertinya hanya aku yang merasa sedih dan sakit seperti ini… Sepertinya dia baik-baik saja…”, ujar Jikyung pada Youngjae. Dan lagi-lagi Youngjae hanya berdiam diri, tak menanggapi kalimat Jikyung.

“Aku ingin bertanya padanya… Apakah ia baik-baik saja?”, lanjut Jikyung. Dan seterusnya Jikyung menangis dipelukan Youngjae selama berjam-jam. Youngjae tak keberatan jika Jikyung menangis selama itu. Ia rela menjadi sandaran Jikyung, ia akan melakukan apapun untuk Jikyung dan tidak akan menyakiti Jikyung seperti Daehyun.

“Kyung… andai kau tau seberapa besarnya cintaku. Tak apa jika kau tidak mencintaiku. Aku akan menunggumu selama apapun itu.”, ujar Youngjae pada Jikyung. Tetapi Jikyung sudah tidur. Ia telalu lelah menangis, ia terlalu merasa sakit hati. Lelah memikirkan alasan Daehyun yang meninggalkannya begitu saja.

Dan malam itu Youngjae selalu memeluk Jikyung ditidurnya. Ia akan membuat Jikyung merasa aman dan tidak menangis lagi. Saat ini hanya Youngjae yang ada disisi Jikyung. Orang tuanya dan Daehyun sudah tidak lagi berada disampingnya. Ia sangat kesepian dan merasa hampa. Kepergian Daehyun membuat Jikyung benar-benar merasa kehilangan untuk kedua kalinya.

**


“Aku pikir aku tahu hal yang terbaik. Tentangmu, perasaanmu.
Tapi ternyata aku yang paling tak mengetahuinya”

Saat iini Jikyung kembali bekerja di café milik Youngjae. Ia tak mungkin terus-terusan berada dirumah dan menangis, Ia juga membutuhkan uang untuk membiayai hidupnya. Jikyung bekerja dengan keras. Ia berusaha menyibukan dirinya dengan berbagai hal agar ia tidak terus-terusan memikirkan Daehyun. Itu hanya masa lalu dan Jikyung harus melupakannya. Sesulit apapun harus Jikyung coba.

Tetapi… ia teringat satu hal lagi. Ia tak mengerti kenapa Daehyun meninggalkannya. Jikyung pikir selama ini ia sangat mengenal Daehyun seperti apa dirinya dan perasaannya. Selama 5 tahun, Jikyung pikir sudah cukup bisa mengenal Daehyun dengan baik. Tetapi anehnya Jikyung tak tau mengapa Daehyun meninggalkannya.

“Apakah kau mencintaiku? Apakah kau benar-benar mencintaiku?
Kata yang bahkan sampai akhirpun tak bisa ku dengar dari bibirmu
Saat itu kau tak bisa berkata-kata… Aku benar-benar mencintaimu, Aku bahagia
Apakah kau tahu itu?”

Kringgg…
Lonceng café berbunyi menandakan ada pelanggan yang datang. Jikyung yang masih sibuk dengan pikiran dan tangisannya pun tak tau jika ada pelanggan yang datang. Ia masih duduk, menunduk dan menangis.

“Ehmm… Aku pesan satu caramel macchiato.”, ujar pelanggan itu mengejutkan Jikyung. Jikyung pun segera berdiri dan menatap pelanggan itu. Tetapi ia sangat terkejut melihat wajah pelanggan itu. Airmatanya menetes. Orang itu adalah Daehyun, seseorang yang meninggalkannya tanpa alasan tertentu.

“Ternyata kau.”, ucap Daehyun ringan. Ekspresinya datar, tak menunjukan suatu emosi apapun.

Jikyung mengalihkan pandangannya dan segera membuat apa yang Daehyun pesan. Tangannya gemetar, bahkan ia terkena air panas untuk menyeduh kopi. Tetapi ia tak peduli. Ia segera memberikan caramel macchiato itu pada Daehyun. Daehyun pun menerimanya dan mengeluarkan beberapa lembar uang dari dompetnya, setelah itu ia pergi.

Baru 3 langkah Daehyun pergi…

“Daehyun-ssi!”, panggil Jikyung. Daehyun pun berbalik dan mengangkat satu sudut bibirnya.

“Bisa kita bicara sebentar?”, Tanya Jikyung pada Daehyun, sementara Daehyun hanya mengangguk untuk menyetujui ajakan Jikyung. Mereka berdua duduk disalah satu kursi café.

“Look, sekarang kau bahkan memanggilku dengan embel-embel ssi. Kau sudah melupakanku, right?”, Tanya Daehyun santai pada Jikyung. Jikyung hanya tersenyum kecut. Pikiran Daehyun salah, Jikyung bahkan tak sempat berpikir untuk melupakan Daehyun. Lelaki yang ada disampingnya ketika orang tuanya meninggal, lelaki yang telah bersamanya selama 5 tahun, sangat susah bagi Jikyung untuk melupakannya.

“Apakah waktu itu kau benar-benar mencintaiku…?”, Tanya Jikyung pelan. Ia menunduk tak berani menatap Daehyun. Sementara yang ditanya tak menjawab sepatah kata pun.

“Apakah kau tidak mencintaiku?”, Tanya Jikyung lagi, dan lagi-lagi Daehyun tidak menjawabnya.

“Hahaha! Aku sudah menebaknya!”, dengan tiba-tiba Jikyung tertawa terpingkal-pingkal. Itu membuat Daehyun merasa heran, tetapi Daehyun tau bahwa itu hanya tawa palsu yang dibuat-buat saja.

“Betapa bodohnya aku ini! Kau tau? Aku bahkan sangat mencintai orang yang sama sekali tidak pernah mengucapkan kata-kata cinta pada diriku. Itu sangat lucu! Benarkan? Hahahah…”, lanjut Jikyung. Daehyun hanya menatap Jikyung yang sebenarnya menangis. Ia tak bisa menjawab apapun, tak dapat berkata apapun. Di dalam hatinya ada perasaan sedih melihat gadis didepannya seperti itu.

“Selama 5 tahun ia tak pernah mengatakan ‘aku mencintaimu’ ataupun ‘aku bahagia’. Hahaha… kau tau itu?”, Jikyung terus tertawa dan tersenyum tanpa sesekali menatap kearah Daehyun.

“Sudahlah, aku ingin bekerja. Lagipula untuk apa aku berbicara dengan orang yang sudah membuangku. Ya ‘kan? Hehe! Bye, Hyun-ssi. Jika kau menikah, undanglah aku!”, Jikyung mengakhiri kata-katanya. Ia pergi meninggalkan Daehyun yang masih membeku ditempatnya.

Jikyung berlari menuju toilet. Disana ia menangis, menangis tanpa suara. Hatinya sangat sakit bertemu dengan Daehyun.

“Aku menjadi kekasihmu karena aku kasihan padamu. Selama 5 tahun itu aku bahkan tak pernah mencintaimu. Maafkan aku, Kyung. Aku mempermainkanmu.”, ujar Daehyun pelan. Ia tahu Jikyung tidak akan mendengarkan perkataanya. Jadi selam ini Daehyun menjadi kekasih Jikyung karena ia hanya kasihan pada Jikyung yang menjadi yatim piatu. Daehyun ingin menjadi sahabat Jikyung. Tetapi gadis itu justru mencintainya. Jadi Daehyun terpaksa berbohong selama 5 tahun itu.

Dan 5 tahun bukanlah waktu yang sebentar untuk menipu seorang gadis polos seperti Jikyung.

Di toilet Jikyung terus menggumamkan kata, “Namjado unayo?”

THE END


 JJang~ FF gaje datang lagi. Gimana? Absurd. Ceritanya biasa aja? Maaf ya semua!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lirik Lagu 2AM I Wonder If You Hurt Like Me [Hangul+Romanization+English+Indonesia]

Lirik lagu Kim Dong Wook (김동욱) My Heart Is Cursing OST You're Beautiful [Han+Rom+Indo]

[Lirik Lagu] Lee Jung 이정 - Wish It Was You 너였으면 좋겠어 Flower Boy Next Door OST (Hangul | Romanization | Indonesia | English)